PUTRI SALJU
Suatu waktu, hiduplah seorang Ratu di sebuah kerajaan. Ratu ini
adalah wanita tercantik di seluruh negeri dan sangat bangga dengan
kecantikannya. Ratu memiliki Cermin Ajaib yang dapat menjawab setiap
pertanyaan. Setiap pagi, Ratu berdiri di hadapan Cermin Ajaib dan
bertanya kepada Cermin Ajaib, “Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah
wanita tercantik di negeri ini?”. Setiap hari pula Cermin Ajaib akan
menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini”.
Suatu hari, saat pertengahan musim dingin, saat salju jatuh seperti
bulu dari langit, Ratu duduk di dekat jendela yang dipigura oleh
kerangka kayu berwarna hitam. Sambil menjahit, dia menatap salju hingga
tak sengaja jarinya tertusuk jarum jahit. Tiga tetes darah jatuh dari
jari Ratu yang terluka. Darah tersebut jatuh di atas salju, merah di
atas putih, tampak begitu cantik. Melihatnya, Ratu kemudian berpikir,
“Andai saja aku punya anak dengan kulit seputih salju, bibir semerah
darah, dan rambut sehitam bingkai jendela ini”. Tak lama kemudian, sang
Ratu pun memiliki anak dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah,
dan rambut sehitam bingkai jendela. Dia dipanggil, Putri Salju.
Waktu terus berjalan dan Putri Salju tumbuh menjadi gadis remaja.
Kecantikannya sudah melampaui kecantikan Ratu. Suatu hari, Ratu kembali
bertanya kepada Cermin Ajaib, “Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah
wanita tercantik di negeri ini?”. Saat itu Cermin Ajaib menjawab,
“Ratuku adalah yang paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju
seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. Sejak saat itu, Ratu pun
menjadi benci kepada Putri Salju. Ratu merasa kecantikannya tersaingi
oleh Putri Salju. Ratu berpikir untuk menyingkirkan Putri Salju sehingga
dia akan kembali menjadi wanita tercantik di negeri ini.
Ratu pun memanggil pemburu dan menyuruhnya membawa Putri Salju ke
hutan. Pemburu itu diperintahkan untuk menikam Putri Salju sampai mati,
dan membawa paru-paru dan hati Putri Salju kembali ke Ratu. Ratu ingin
memasak paru- paru dan hati Putri Salju dengan garam dan memakannya,
untuk melampiaskan kebenciannya kepada Putri Salju.
Pemburu pun mengajak Putri Salju ke hutan. Ketika pemburu mengambil
pisau berburu untuk menusuk Putri Salju, Putri Salju mulai menangis, dan
memohon sungguh-sungguh agar pemburu itu tidak membunuhnya. Putri Salju
berjanji untuk melarikan diri ke hutan dan tidak pernah kembali.
Pemburu merasa kasihan padanya dan ia berpikir untuk melepaskan Putri
Salju. Jika Putri Salju berlari ke dalam hutan, maka Putri Salju akan
dimakan oleh binatang buas. Maka pemburu pun melepaskan Putri Salju dan
menyuruhnya berlari ke dalam hutan.
Untuk memenuhi permintaan Ratu agar membawa paru- paru dan hati Putri
Salju, maka pemburu itu membunuh seekor babi hutan. Paru- paru dan hati
babi hutan tersebut diambil oleh pemburu dan dibawanya kembali ke Ratu,
sebagai bukti bahwa pemburu tersebut telah membunuh Putri Salju. Ratu
pun memasaknya dengan garam dan memakannya, mengira bahwa ia telah
memakan paru- paru dan hati Putri Salju.
Putri Salju sekarang sendirian di hutan besar. Dia sangat takut dan
mulai berlari. Dia berlari di atas batu-batu tajam dan ranting- ranting
pohon sepanjang hari. Akhirnya, saat matahari hampir terbenam, ia datang
ke sebuah rumah kecil. Rumah ini milik tujuh kurcaci. Mereka sedang
bekerja di tambang dan saat itu sedang tidak berada di rumah. Putri
Salju pun masuk ke dalam dan menemukan segala sesuatunya lebih kecil,
tetapi tersusun rapi dan teratur. Ada meja kecil dengan tujuh piring
kecil, tujuh sendok kecil, tujuh pisau kecil dan garpu, tujuh cangkir
kecil, dan di dinding ada tujuh tempat tidur kecil.
Putri Salju merasa lapar dan haus sehingga dia memutuskan untuk
mengambil sedikit sayuran dan roti dari setiap piring dan minum setetes
anggur dari setiap gelas. Karena begitu lelah, dia pun tidur di salah
satu tempat tidur. Ketika malam datang, tujuh kurcaci kembali dari
tempatnya bekerja. Mereka menyalakan tujuh lilin kecil mereka , dan
melihat bahwa seseorang telah berada di rumah mereka. Kurcaci pertama
berkata, “Siapa yang telah duduk di kursiku?”. Kurcaci kedua berkata,
“Siapa yang telah makan dari piringku?”. Kurcaci ketiga berkata, “Siapa
yang telah makan rotiku?”. Kurcaci keempat berkata, “Siapa yang telah
makan sayuranku?”. Kurcaci kelima berkata, “Siapa yang makan menggunakan
garpuku?”. Kurcaci keenam berkata, “Siapa yang telah memotong dengan
pisauku?”. Kurcaci ketujuh berkata, “Siapa yang telah minum dari
cangkirku?”.
Mereka merasa heran dan penasaran, siapakah orang yang telah masuk ke
rumah mereka. Kemudian mereka menemukan Putri Salju sedang tidur di
salah satu tempat tidur mereka. Ketujuh kurcaci itu pun berlari
mengelilingi Putri Salju dan berseru takjub, “Dia begitu cantik”. Mereka
sangat menyukai Putri Salju dan membiarkannya tidur di tempat tidur
mereka.
Ketika Putri Salju terbangun, mereka menanyakan siapa dia dan bagaimana
dia telah menemukan jalan ke rumah mereka. Putri Salju bercerita
bagaimana ibunya telah mencoba membunuhnya, bagaimana pemburu
membiarkannya hidup, bagaimana ia menjalankan seluruh hari, hingga
akhirnya datang ke rumah mereka. Para kurcaci merasa kasihan dan
mengijinkan Putri Salju tinggal di rumah mereka dengan syarat Putri
Salju harus mencuci baju, membersihkan rumah, memasak, dan mencuci untuk
mereka. Selain itu, mereka juga memperingatkan Putri Salju untuk tidak
membiarkan siapa pun masuk ke dalam rumah mereka.
0 komentar:
Posting Komentar