PUTRI DUYUNG
Tersebutlah seorang raja laut yang ditinggalkan oleh permaisurinya.
Maka hidupnya hanya ditemani oleh enam orang putrinya dengan diasuh oleh
seorang neneknya.
Neneknya membuat perraturan, bahwa hanya jika sudah berusia lima
belas tahun cucunya boleh muncul ke permukaan laut melihat dunia
manusia.
“Kenapa harus begitu, Nek?” tanya seorang cucunya.
“Begitulah, agar kalian nampak cantik dilihat oleh manusia di daratan,” jawab neneknya.
Waktu pun berlalu. Satu perrsatu putri-putri itu tumbuh menjadi gadis
yang sangat cantik. Namun diantara putri-putri cantik itu yang paling
cantik adalah Puteri Duyung bungsu.
Ombak akan tenang bilamana Puteri Duyung muncul ke permukaan laut.
Pada suatu hari Putri Duyung bungsu muncul di permukaan laut.
Dilihatnya sebuah perahu semakin mendekatinya. “Alangkah tampannya
penumpang perahu itu. O, yang itu lebih tampan lagi,” katanya kepada
dirinya sendiri setelah dekat dengan perahu. Dia memang heran, karena
penumpang yang dianggapnya paling tampan adalah Putra seorang raja.
Tiba-tiba cuaca berubah menjadi buruk. Angin taufan menyambar-nyambar
perahu. Perahu jadi oleng. Dan akhirnya perahu itu tenggelam. Melihat
kecelakaan tersebut Putri Duyung sangat kasihan kepada Putra Raja.
Ditolongnya pemuda itu. Dalam keadaan pingsan Putra Raja diletakkan di
tepi pantai, sedang dia sendiri kembali pulang kedasar laut.
Tapi sulit bagi Putri Duyung untuk melupakan wajah yang tampan itu.
Maka dia menceritakannya kepada kakak-kakaknya apa yang telah
dialaminya. Kakak-kakaknya tertawa memperolok.
“Pantas saja kau jadi pemurung kini,” kata salah seorang kakaknya.
Karena amat rindu kepada Putra Raja, Putri Duyung ingin pergi ke
permukaan laut. Ingin menjumpai Putra Raja. Sebenarnya neneknya melarang
agar jangan sekali-kali menjumpai Putra Raja, karena ekor Putri Duyung
sangat buruk dan tak disukai oleh manusia. Namun Putri Duyung tetap
berkemauan keras. Dia pergi kepada Pesihir.
“Aku bisa menolongmu, kau berkaki cantik asal suaramu boleh kuminta,” kata Pesihir.
“Baiklah,” jawab Putri Du¬yung.
“Minumlah obat ini jika kau sudah sampai di permukaan laut,”Putri Duyung mengangguk.
Sesampainya di permukaan laut, obat dari Pesihir itu diminumnya.
Seketika itu juga dia pingsan. Tapi setelah siuman Putri Duyung melihat
disampingnya telah duduk Putra Raja dengan tersenyum. Alangkah bahagia
hati Putri Duyung. Tapi sayang ketika Putra Raja yang tampan
menanyakannya, Putri Duyung tak bisa bersuara. Dia ingat bahwa suaranya
telah diberikan kepada Pesihir. Dengan begitu Putra Raja seolah hanya
berhadapan dengan seorang gadis cantik tetapi bisu. Kecewalah hati Putra
Raja. Menangislah Putri Duyung ketika Putra Raja meninggalkannya. Dia
pun jadi putus asa. Kemudian dia mencebur ke laut pulang ke istana
ayahnya. Dia sangat malu kepada manusia. Itulah maka Putri Duyung selalu
mengelak dari pandangan manusia. ***
0 komentar:
Posting Komentar